Rabu, 24 Agustus 2011

Airmata Duka Iringi Kepergian Profesor Ir. Frans.A. Wospakrik, MSc


Rubrikasi Berita Hari Ini
Oleh Gabriel Maniagasi   
Rabu, 03 Agustus 2011 13:51
[JAYAPURA]—Ratusan pelayat meneteskan airmata duka mengiringi prosesi pelepasan Jenazah Profesor  Ir Frans Alexander Wospakrik, MSc di Auditorium Universitas Cenderawasih, pada Rabu, (3/8) siang tadi. Prosesi pelepasan jenazah dilakukan setelah ibadah dari kediaman almarhum di Kelurahan Yabansai, Distrik Heram menuju Gereja Kriten Injili Jemaat Sion di Padang Bulan Abepura tempat almarhum biasanya beribadah.
Prosesi ini berlangsung setelah penyerahan jenazah oleh majelis jemaat GKI Sion Padang Bulan secara simbolis kepada pihak Univeritas Cenderawasih (Uncen) yang diterima Rektor Uncen untuk selanjutnya dilakukan prosesi penghormatan terakhir oleh segenap civitas akademika Uncen.
Usai penyerahan,  dibacakan daftar riwayat hidup almarhum  oleh Kepala Biro umum dan administrasi Uncen, Drs. Alfred Wayangkau. Dalam pembacaan itu disebutkan bahwa almarhum Frans Alexander Wospakrik memiliki keteladanan dan kepribadian yang patut menjadi contoh bagi semua pihak, pasalnya almarhum sejatinya adalah seorang guru besar yang sangat rendah hati. Buktinya dalam kehidupan bermasyarakat ia lebih memilih untuk tidak menggunakan sebutan profesor. Padahl gelar itu telah diperolehnya sejak 1 Oktober 2003. tentu banyak hal yang menjadi pertimbangannya.
Prof. Ir. Frans Alexander Wospakrik, MSc dilahirkan di kampung Yoka, pada 28 Januari 1947 dari pasangan Tom Wospakrik dan Lidia Boekorsyom. Ia merupakan putra kedua dari 10 orang bersaudara yang umumnya dikenal sebagai keluarga intelek yang berbudi luhur.
Sesepuh tokoh intelektual Papua, Dr (HC) Barnabas Suebu, SH dalam sambutannya mengatakan bahwa almarhum dikenal sebagai sosok pribadi yang ulet, rendah hati, jujur, dan pekerja keras.
Menurut Barnabas Suebu, orang Papua kehilangan seorang tokoh intelektual yang punya integritas dan kapabilitas baik. Ia pemimpin sebagai Yesus yang mendekati sempurna. “Jarang kita memiliki pemimpin seperti ini karena sungguh sangat langka”, ujar Bas dalam sambutannya.
Semasa hidupnya Profesor Frans Alexander Wospakrik telah berjasa bagi pengembangan pendidikan Tinggi di Tanah Papua. Hal itu terbukti dengan banyaknya pengabdian dan karya-karya yang ditorehkannya bagi kemajuan masyarakat di Tanah Papua, seperti menjadi Dekan di Faperta Manokwai. Fakultas Ekonomi dan Fakultas MIPA setelah itu menjadi Rektor Uncen dua periode sejak 1996-2000.
Di luar perguruan tinggi Profesor Frans Alexander Wospakrik pernah dipercayakan sebagai ketua Tim penyusun Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus pada tahun 2000 kemudian menjadi anggota tim Enviroment Advisory Commitee PT Freeport Indonesia  sejak 2000-2004 lalu menjadi ketua Forum DAS, menjadi anggota tim pendirian Universitas Ottow Geissler Jayapura dan terakhir menjadi Wakil Ketua 1 Majelis Rakyat Papua (MRP) ejak 2005 - 2010, ia juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1997-2005 dan penah juga dipercayakan menjadi ketua Persekutuan Intelektual Kristen Indoneia (PIKI) Daerah Papua sejak 1998 - sekarang. Almarhum meninggalkan seorang istri Ir Yudha Marti Wospakrik, MSc.
Jenazah akhirnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Abepura diiringi tangis duka keluarga dan seluruh rakyat yang pernah merasakan buah karya tangannya. “Selamat jalan bapak Profesor Ir Frans Alexander Wospakrik, MSc jasamu kami kenang dan semangatmu kami teladani”, ujar Marinus Yaung diamini rekannya Sepo Nawipa yang juga Dosen Fisip Uncen.*

2 komentar:

  1. selamat siang. Saya mengenal baik almarhum da ister pernah satu asrama di Bogor. Saya kelahiran Merauke, alumni FPPK. Bolehkah saya tahu tahun berapa almarhum lulus SMA Gabungan?

    BalasHapus
  2. Saya juga mengenal Kakak pak Frans yang menjabar Pembantu Rektor I, saat pak Rubini alm menjabat rektor Uncen, almarhum sering k Bogor

    BalasHapus