Kamis, 10 November 2011

Gonjang Ganjing Papua

Menonton Indonesia Lawyer Klub (Jakarta Lawyer Klub) tentang gonjang ganjing Papua menarik, sebelumnya bagaimana JK (Jusuf Kalla) menjelaskan bagaimana memetakan permasalahan di Papua. Namun sayangnya beliau selalu membandingkan Papua dengan daerah lain di Indonesia. Pendapat beliau juga seperti memudahkan dalam penyelesaian konflik di Papua. Sehingga bisa di pertanyakan apakah memang sesederhana apa yang diungkapkan oleh JK tentang permasalahan di Papua saat ini. Saat ditanya soal penembakan yang terjadi, dikatakan bahwa penembakan juga terjadi di wilayah lain di Indonesia bukan saja di Papua. Memang betul penembakan juga terjadi di daerah lain tapi berbeda konteks dimana penembakan di Papua tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan kriminal biasa yang disamakan dengan pelaku penembakan lain. tetapi dikatakan bahwa itu adalah perbuatan kriminal. Apakah betul bisa dikatakan kriminal biasa? kalau itu dikategorikan sebagai perbuatan Kriminal, kenapa sampai saat ini belum bisa mengungkap siapa pelakunya.

Tetapi selalu ditunjuk kepada OPM sebagai Pelaku, apakah benar OPM sebagai pelaku penembakan tersebut. Atau ada penembak lain yang bermain didaerah tersebut.

Kemudian ada tanggapan dari pihak kontras dan Komnas Ham yang turun kelapangan untuk melakukan investigasi, mereka terbentur dengan permasalahan uji balistik untuk mengungkap siapa sebenarnya pelaku penembakan yang mengakibatkan meninggal tiga orang di sekitar kongres papua III. Begitu pentingnya uji balistik sehingga dapat mengungkap pelaku tetapi kenapa begitu sulit melakukan uji balistik tersebut.

Sebenarnya benar juga, sampai sekarang belum ada pengujian balistik yang diumumkan ke publik tentang peluru yang digunakan penembak. Apakah akan membuka tabir pelaku penembakan yang selama ini terjadi di Papua? Sehingga seakan-akan dibuat sulit untuk melakukan uji balistik. Seharusnya semua penembakan yang dilakukan selama ini di Papua, apabila terdapat peluru di tempat penembakan harusnya dikumpulkan dan dilakukan uji balistik. Sehingga dari sekian banyak penembakan dapat membuktikan siapa pelaku penembak misterius tersebut dan mengungkap puzzel yang hilang.

Ada yang menarik di setiap terjadi peristiwa penembakan di Papua khususnya di areal freeport, dimana aparat keamanan melakukan show force kekuatan. Sampai panser pun diikutkan dalam menyikapi penembakan yang terjadi. Jadi geli melihat pasukan show force tetapi tidak mampu mengungkap pelaku penembakan. Apa gunanya panser dipamerkan, apakah untuk menakuti penembak gelap? Panser seolah-olah disiapkan untuk mengantisipasi perang terbuka, jadinya geli karena panser tidak dapat digunakan mengejar pelaku yang berada di perbukitan/hutan di Papua. Hanya menjadi pajangan yang tidak dapat berbuat apa-apa.

Kalau diperhatikan, penembak gelap yang terjadi belakangan di areal freeport dan di daerah papua lainnya intensitasnya lebih sering. Padahal tahun-tahun sebelumnya dan awal tahun ini, penembakan tersebut terjadi dalam rentang bulan. Tetapi yang terjadi belakangan ini bukan lagi dalam rentang bulan tetapi minggu. Hampir selang beberapa minggu ada saja penembakan yang terjadi baik di areal freeport maupun di daerah papua lainnya. Sehingga ada perubahan model, tetapi tidak dapat dipahami apakah perubahan penembak gelap ini untuk meningkatkan ketegangan di Papua sehingga menguntungkan pihak-pihak tertentu dengan tujuan tertentu juga.

Sangat jelas ada perubahan penembakan juga dimana korbannya bukan lagi sipil tetapi juga aparat keamanan. Dan ada juga penembakan yang hanya bersifat teror karena ditujukan hanya untuk membuat takut dan panik masyarakat. Apakah para Pelaku penembakan seperti melempar dadu untuk memcari korban penembakan. Hanya mereka para pelaku yang mengetahui.

Namun yang menghenyakan dalam acara Indonesia Lawyer Klub adalah pernyataan dari seorang petinggi POLRI yang mencoba memetakan permasalahan penembakan misterius di freeport dan permasalahan di Papua. Tetapi yang disayangkan adalah pernyataannya yang mengatakan orang papua mempunyai (MUSA = muka sama). Apakah memang semua orang Papua mempunyai muka yang sama? Apakah masalah fisik kami orang Papua sehingga mengalami kesulitan dalam mengungkap pelaku penembakan misterius? Ini yang sangat disayangkan dari pernyataan petinggi Polri tersebut.

Apakah keterhambatan dan susahnya mengungkap pelaku penembakan sehingga keluar pernyataan orang Papua bermuka sama semua? Pernyataan tersebut tidak menjawab bagaimana POLRI mengusut permasalahan penembakan misterius. Belum lagi bantuan yang diterima POLRI sebesar $14 juta dari freeport. Memang ada penjelasan dari pihak freeport tentang uang tersebut, yang mana dibagi 80% adalah untuk makan, bensin, kendaraan, dll sedangkan 20% untuk honor pasukan yang diberikan langung kepada satuan-satuan yang bertugas. Itu penjelasan dari pihak freeport.

Permasalahan di Papua bagaikan menyusun Puzzel yang berserakan sehingga menjadi suatu bagian yang utuh. Namun sampai kapan "penembak misterius " tersebut dapat diungkapkan. Mengutip pernyataan seorang karyawan freeport yang mengatakan Densus 88 berhasil menangkap teroris di daerah lain Indonesia tetapi mengapa Densus 88 belum berhasil mengungkap pelaku penembak misterius di Papua.

Selama tidak dapat diungkapkan siapa pelaku penembakan di Papua, akan tetap terjadi penembakan gelap. Ini merupakan tugas berat aparat keamanan dalam membuktikan bahwa mereka bisa meredam penembak gelap tersebut. Penembakan yang terjadi sekali lagi bukan suatu tindakan kriminal biasa, karena bias dari penembakan tersebut bisa berakibat pada ketegangan politik di Papua dan ketidak percayaan dari masyarakat. Dan tugas berat aparat keamanan untuk membuktikan apakah penembakan selama ini yang terjadi adalah dari pihak OPM atau ada pihak-pihak lain yang bermain di daerah Papua.
Sampai kapan penembak misterius tersebut terjadi? Kita tidak dapat memprediksikan sampai kapan tetapi semoga semua yang terjadi dapat berakhir dengan damai di Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar